Lompat ke isi utama

Berita

Massuryati dalam Srikandi Bicara: Menembus Atap Kaca Pengarusutamaan Gender dalam Pemilu

Massuryati

angkapan layar saat Narasumber, Massuryati menyampaikan pandangan pada Episode ke-2 Segmen Srikandi Bicara melalui live Instagram @bawasluRI, Kamis (12/06/2025). 

Jakarta, Badan Pengawas Pemilihan Umum - Narasumber Massuryati dari Bawaslu Provinsi Sumatera Selatan yang menjelaskan pandangannya yang berjudul ‘Menembus Atap Kaca’ dalam rangka mengawal partisipasi aktif perempuan dalam Pemilu dan Pilkada khususnya di Sumatera Selatan pada tahun 2024’. Ia menyebutkan menjadi pengawas dan pimpinan dari lembaga publik tidak mudah. Meskipun upaya untuk memaksimalkan inklusivitas dalam tataran pejabat publik dan sudah dilakukan lewat berbagai regulasi. “Artinya semua regulasi sudah terakomodir. Akan tetapi, tetap saja sampai hari ini pengarus-utamaan gender sulit dioptimalkan. Hal tersebut mendasari saya memberi judul ‘Menembus Atap Kaca’. Atap kaca adalah istilah yang merujuk pada hambatan yang tidak terlihat tapi ada yang menghalangi perempuan atau minoritas mencapai posisi puncak dalam organisasi,” tegas Massuryati.

Massuryati berpendapat bahwa perempuan sudah diakomodir oleh beberapa aturan tetapi sulit untuk mencapai keinginan yang diharapkan. Secara pribadi, di Sumatera Selatan, Massuryati mulai dari dunia penyelenggaraan sulit ditembus kaum perempuan. Di Bawaslu Provinsi Sumatera Selatan, dari 2004 sampai 2022 tidak memiliki anggota Bawaslu perempuan. Tahun 2023, Massuryati mencatatkan nama sebagai anggota Bawaslu perempuan pertama di Bawaslu Provinsi Sumatera Selatan. 

“Kita semua tahu bahwa perempuan di beberapa kondisi tidak dianggap walaupun secara kompetensi, akademik, kita memiliki kemampuan itu dan keberanian ada pada diri kita. Namun, tetap saja perempuan di-nomor-duakan. Penghalang inilah yang menjadi atap kaca yang harus ditembus oleh perempuan-perempuan Indonesia. Di Sumatera Selatan, hadir 12 perempuan yang tersebar di 17 Kabupaten/Kota se-Sumatera Selatan. Lima orang perempuan menjadi pimpinan Bawaslu Kabupaten/Kota di Sumateral Selatan. Jadi, pengarusutamaan gender sudah mulai terbuka atap kacanya jadi sudah bisa masuk,” ungkapnya.

Pada pengawasan pemilu dan pilkada yang dilakukan di tahun 2024 lalu, terdapat hambatan dari sisi perempuan yang mengawasi baik di tingkat kabupaten/kota, kecamatan, desa, dan TPS. Ada sisi kelemahan perempuan yang dihadapi. Menurut Massuryati, meskipun kita memiliki keunggulan dan kemampuan tapi ada sisi perempuan yang harus diakui. Contoh riil di lapangan pada saat rekapitulasi yang dilakukan dini hari, terdapat beberapa pengawas yang izin. Padahal menurutnya, mengawasi adalah tugas pokok dari pengawas. Artinya ada titik-titik yang menjadi fokus sebagai perempuan.

“Kita tidak bisa menyatakan diri kita mampu semuanya tetapi riil di lapangan ada kelemahan ada titik -titik tertentu yang menghasilkan ketidakpercayaan bagi kaum laki-laki dan masyarakat. Ada juga keunggulan pada saat proses tahapan justru perempuan lebih aktif dan teliti. Misalnya saat pendistribusian logistik dengan mencatat, menghitung, dan menyampaikan saat ada permasalahan,” ungkapnya. 

Lebih lanjut, menurutnya, perempuan harus berubah dimulai dari diri sendiri. “Sebetulnya laki-laki dan perempuan sama-sama bisa. Perlu diingat, perempuan memiliki tugas eksternal dan internal. Sekarang tinggal perempuan mengelompokkan mana yang prioritas. Ketika sudah menjadi penyelenggara negara, kita harus miliki komitmen atas sumpah dan janji jabatan untuksiap kerja penuh waktu. Untuk tugas dirumah dapat diberikan kepada yang dapat membantu. Hal tersebut lantaran tugas sebagai pengawas tidak dapat didelegasikan sesuai janji saat pelantikan,” katanya. 

Bawaslu Republik Indonesia menggelar "Episode ke-2 Segmen Bawaslu Bicara” membahas lebih dalam Buku Srikandi Mengawasi: Kisah Pengawas Pemilu dalam Mengawasi Pemilu 2024), Kamis (12/06/2025). Pada episode kesatu lalu, Segmen Bawaslu Bicara langsung dipandu oleh Anggota Bawaslu RI, Lolly Suhenty yang memperkenalkan seluruh penulis dari Buku Srikandi Mengawasi.

Dalam buku Srikadi Mengawasi, terdapat 38 orang penulis mulai dari Bawaslu tingkat pusat, tingkat provinsi, dan tingkat kabupaten/kota. Pada episode ke-2 ini, akan lebih dalam mengenal tiga penulis beserta tulisannya. Dengan tema meningkatkan partisipasi perempuan dalam pemilu. Ketiga narasumber yang merupakan penulis dari Buku Srikandi Mengawasi, yaitu Maitanur (Panwaslih Provinsi Aceh); Ketut Ariyani (Bawaslu Provinsi Bali); dan Massuryati (Bawaslu Provinsi Sumatera Selatan). 

Penulis dan Dokumentasi: Bunga Putri N.