Nuryamah: Menjadi Pengawas Perempuan adalah Soal Kapasitas dan Keberanian
|
Bandung Barat, Badan Pengawas Pemilihan Umum - Anggota Bawaslu Provinsi Jawa Barat, Nuryamah dalam Buku Srikandi Mengawasi menguraikan pengalamannya sebagai perempuan pengawas pemilu. Sebagai salah satu narasumber dalam Segmen Srikandi Bicara dari Bawaslu RI, Nuryamah menyebutkan tulisannya berdasarkan pada pengalaman dan yang sedang dijalani.
“Bukan soal judul saja tapi karena pengalaman dan hal yang sedang dijalani hari ini. Pengalaman yang begitu melekat dengan tema siang ini didasarkan pada pengalaman menjadi perempuan pengawas pemilu pertama di Bawaslu Kabupaten Sukabumi dan satu-satunya yang dianggap sebelah mata saat itu. Namun, dalam perjalanannya kita harus bisa membuktikan baik kepada internal maupun eksternal," ujarnya.
Pengalaman yang terjadi yakni saat pemilu 2019 lalu. “Waktu itu sangat crowded karena calon mengklaim kemenangan. Di Kabupaten Sukabumi diiringi dengan terjadi demo. Saya menghadapi demo tersebut tanpa pimpinan lain dengan posisi hamil. Dengan kemampuan yang dimiliki tentu pendidikan yang sudah disampaikan oleh RI maupun Provinsi akhirnya pemilu di Kabupaten Sukabumi berjalan sukses," tegasnya.
Melalui live Instagram @bawasluri dengan moderator Regi Renovan pada Kamis (03/07/2025) lalu, menurutnya pengalaman tersebut membuat Nuryamah menerbitkan berbagai artikel. Menurut Nuryamah, menjadi pengawas perempuan bukan soal kuota tetapi soal kapasitas dan keberanian. Hal tersebut yang melatarbelakangi Nuryamah untuk semakin tertarik dan konsisten membuat judul menjadi pengawas perempuan dan menciptakan pemilu yang inklusif yang didasarkan pengalaman hidup, perjalanan, dan juga apa yang sekarang sedang dijalani.
“Jika dulu, saya mampu membuktikan secara pribadi sehingga tidak lagi dianggap sebelah mata oleh internal dan eksternal. Jika hari ini sudah bebas dan merdeka (kaum perempuan sebagai pengawas pemilu), hari ini kita juga harus mengangkat kelompok minoritas lainnya. Tidak hanya memastikan kita dihormati tapi mampu memperjuangkan hak kelompok rentan lainnya agar mereka mampu berdiri seperti kita (perempuan),” ucap Nuryamah.
Nuryamah sebagai pengawas perempuan dari Jawa Barat mampu menciptakan pemilu yang inklusif. Saat ini, sama seperti sebelumnya di Kabupaten Sukabumi, saat ini Nuryamah juga merupakan satu-satunya perempuan yang merupakan Anggota Bawaslu Provinsi Jawa Barat.
“Lalu bagaimana pengawas perempuan mewujudkan pemilu yang inklusif? Sangat mudah tinggal konsisten dan punya niatan untuk melaksanakan arahan Bawaslu RI dan Undang-Undang. Bagaimana dengan minimnya perempuan pengawas tapi harus mampu berikan pendidikan politik dan mencerdaskan masyarakat agar tidak ada lagi pemilu inklusif," pungkasnya.
“Pertama, saya menggaet dan berkoordinasi, berikan sosialisasi, pendidikan kepada kaum perempuan (perwakilan organisasi perempuan). Kedua, kepada penggerak PKK. Ketiga, organisasi perempuan baik mahasiswa maupun OKP. Tidak lupa lakukan koordinasi dengan disabilitas dan kaum minoritas lainnya seperti lapas, organisasi disabilitas. Hal tersebut dapat dimaksimalkan agar pemilu berjalan maksimal," tambahnya.
Menurutnya, dari hasil maksimalisasi kinerja, dari konteks tugas dan fungsi Bawaslu, grafik pada pencegahan di Bawaslu Jabar saat ini yaitu pencegahan mampu menekan dalam konteks penanganan pelanggaran. Hal tersebut merupakan kolaborasi dari divisi pencegahan dan penanganan pelanggaran. Perempuan banyak jadi pelaporan dan saksi. Terdapat juga laporan dari disabilitas dan waria pada 2024 lalu.
Penulis: Bunga Putri N.
Foto: Bunga Putri N.