Lompat ke isi utama

Berita

Lolly dalam Bedah Buku Catatan Pemilu: Media Adalah Pengawas Eksternal Bawaslu

Lolly Bedah Buku

Anggota Bawaslu RI, Lolly Suhenty saat memberikan sambutan pada kegiatan Bedah Buku KPPD “Catatan Jurnalis Pemilu: Sejarah Keserentakan Pertama Terbesar di Dunia” yang diselenggarakan oleh Bawaslu RI bekerja sama dengan Koalisi Pewarta Pemilu dan Demokrasi (KPPD), Kamis (14/8/2025) secara daring. 

Bandung Barat, Badan Pengawas Pemilihan Umum - Bawaslu Kabupaten Bandung Barat menghadiri kegiatan Bedah Buku KPPD “Catatan Jurnalis Pemilu: Sejarah Keserentakan Pertama Terbesar di Dunia” yang diselenggarakan oleh Bawaslu RI bekerja sama dengan Koalisi Pewarta Pemilu dan Demokrasi (KPPD). Kegiatan ini diadakan secara daring dan diikuti oleh Bawaslu Kabupaten/Kota se-Indonesia pada Kamis (14/8/2025).

Acara ini menjadi momentum dalam pemahaman tentang perjalanan pengawasan pemilu serentak yang diabadikan langsung oleh para jurnalis di lapangan. Buku ini ditulis oleh 12 jurnalis KPPD yang memberikan sudut pandang beragam, mendalam, dan otentik mengenai pelaksanaan pemilu serentak terbesar di dunia.

Mengawali kegiatan, Anggota Bawaslu RI yang membidangi Divisi Pencegahan, Partisipasi Masyarakat, dan Hubungan Masyarakat, Lolly Suhenty, menyampaikan sambutan.

“Rekan-rekan jurnalis pada kesempatan kali ini akan bercerita banyak sehingga dapat menjadi pembelajaran termasuk strategi ke depan yang penting dilakukan. Saya akan memberikan komentar dari buku melalui tiga aspek. Pertama, cover. Ketika saya mendapatkan buku ini, cover ini berhasil membuat saya penasaran. Cover ini mampu membuat saya tertarik. Kedua, rasa terima kasih karena catatan dari 12 rekan-rekan jurnalis ini membuat kita tidak hanya mengetahui potret dari pelaksanaan pemilu lalu tetapi memberikan kedalaman terhadap sebuah situasi dari sisi jurnalis yang tentunya sisi jurnalis akan berbeda dengan sisi Bawaslu. Serta, 12 jurnalis yang ada memberikan keragaman. Ketika saya mau baca saya bisa loncat ke yang paling menarik dan menurut saya ingin saya baca lebih dahulu," ujar Lolly

Lolly menambahkan Bawaslu berusaha untuk fokus pada pelanggaran tapi justru masih ada, dan itu terpotret oleh teman-teman jurnalis sehingga cara membaca buku ini karena setiap judul membuat kita melompat dalam skalanya sendiri. Ketiga, saya memberikan catatan dalam buku ini berkaitan dengan proses yang berjalan. Secara garis besar, jurnalis KPPD itu chemistrynya sudah saya rasakan dan kolaborasinya bagus. Sehingga kami bisa menegur enak, saat ada pemberitaan keluar konteks kami berikan masukan responnya bagus. 

Hubungan ini baik kedekatannya. Bawaslu juga banyak kok menemui kritik kritis yang kemudian menjadi diskusi kami di internal. Tetaplah menjadi rekan jurnalis yang memberikan challenge dengan pertanyaan kritis karena sesungguhnya relasi antara Bawaslu dan media akan kuat maknanya kalau kami pun selalu dikontrol. Posisi teman media adalah pengawas eksternal Bawaslu. Bawaslu melakukan pengawasan. Media melakukan pengawasan. Dalam situasi tertentu, media akan mengawasi Bawaslu. Bawaslu menghormati proses kritis dari rekan-rekan jurnalis. Semoga buku ini bukan buku terakhir.”

Pernyataan tersebut menegaskan bahwa hubungan Bawaslu dengan media bukan sekadar kemitraan, tetapi juga pengawasan timbal balik yang memperkuat integritas dan kualitas demokrasi. Bawaslu memandang media sebagai mitra strategis yang berperan penting dalam memberikan masukan kritis dan mengawasi jalannya pengawasan pemilu.

Dengan diterbitkannya buku “Catatan Jurnalis Pemilu: Sejarah Keserentakan Pertama Terbesar di Dunia”, diharapkan dokumentasi sejarah dan pengalaman pengawasan pemilu ini dapat menjadi bahan pembelajaran berharga, sekaligus inspirasi untuk strategi pengawasan yang lebih baik di masa depan.

Penulis: Bunga Putri N.