Lompat ke isi utama

Berita

Tiga Puluh Perempuan Pengawas Pemilu Tuangkan Kisah di Buku “Srikandi Mengawasi

Bedah Buku Srikandi Mengawasi II

Kegiatan diskusi Bedah Buku Srikandi Mengawasi: Kisah Perempuan Pengawas Pemilu dalam Mengawasi Pemilu 2024 di Batam, Kepulauan Riau, Selasa (12/8/2025).

Batam, Badan Pengawas Pemilihan Umum - Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) melalui buku Srikandi Mengawasi: Kisah Perempuan Pengawas Pemilu dalam Mengawasi Pemilu 2024 berupaya membangun perspektif baru publik terkait peran strategis perempuan dalam demokrasi dan pengawasan pemilu. Buku ini ditulis oleh 30 perempuan pengawas pemilu yang mencatatkan pengalaman dan kiprah mereka dalam mengawal proses demokrasi.

Tenaga Ahli Divisi Pencegahan, Partisipasi, dan Hubungan Masyarakat Bawaslu, Apriyanti Marwah, menyebut penerbitan buku ini sebagai bentuk dekolonisasi pengetahuan. Ia menjelaskan, sejarah yang berkembang di masyarakat kerap bias kolonial dan patriarki sehingga peran perempuan jarang tercatat. “Kita ingin menulis ulang sejarah agar masyarakat memiliki perspektif baru, sekaligus menolak lupa terhadap kontribusi perempuan dalam demokrasi,” ujarnya saat memberikan sambutan pada kegiatan Bedah Buku Srikandi Mengawasi di Batam, Kepulauan Riau, Selasa (12/8/2025).

Apriyanti menegaskan bahwa peran perempuan dalam sejarah bangsa tidak kalah penting dibanding laki-laki, mulai dari menyumbangkan gagasan hingga terjun langsung dalam perjuangan. Buku ini, lanjutnya, tidak hanya mendokumentasikan kerja pengawasan yang dilakukan perempuan, tetapi juga menghadirkan perspektif unik yang dapat menjadi pembelajaran bagi pengawasan pemilu di masa depan.

Sekretaris Jenderal Koalisi Perempuan Indonesia (KPI), Mike Verawati Tangka, mengapresiasi penerbitan buku tersebut. Menurutnya, kehadiran buku Srikandi Mengawasi menjadi langkah penting dalam mencatatkan peran perempuan sekaligus membuka ruang advokasi kebijakan yang mendukung kerja perempuan dalam pengawasan pemilu.

Sementara itu, Anggota Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau, Maryamah, menceritakan tantangan yang dihadapi perempuan pengawas pemilu, mulai dari beban ganda antara tugas pengawasan dan urusan domestik, hingga stigma gender. Hal senada disampaikan Rosnawati, Anggota Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau lainnya, yang menegaskan bahwa profesionalisme dan kinerja adalah kunci untuk membuktikan peran strategis perempuan, terlepas dari penampilan atau atribut yang dikenakan.

Sebagai bagian dari upaya diseminasi dan advokasi kebijakan berbasis gender, Bawaslu merencanakan bedah buku ini akan digelar di delapan provinsi di seluruh Indonesia.

Sumber: Website Bawaslu RI

Penulis: Bunga Putri N.